
SEJARAH SINGKAT SMA KATOLIK ST. FRANSISKUS SAVERIUS RUTENG
Dalam ziarah pertumbuhan dan perkembangan iman Gereja Katolik di Keuskupan Ruteng, peran awam sangat strategi dalam kehidupan mengereja, terutama pada bidang kerasulan awam. Oleh karena itu pimpinan gereja lokal bersama seluruh jajarannya berniat mendirikan sekolah sebagai tempat pendidikan generasi muda untuk menjadi agen pastoran masa depan gereja.
Salah satu tempat strategis mendirikan SMA Katolik adalah di Ruteng. Wilayah ini strategis karena Ruteng merupakan pusat keuskupan dan ibu kota Kabupaten Manggarai. Atas dasar itu Yang Mulia Uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD dan Ketua Yayasan Sekolah Umat Katolik Manggarai (SUKMA), Pater Alo Mitan, SVD mendirikan SMA Katolik St. Fransiskus Xaverius Ruteng pada tanggal 17 Juli 1987, dengan Surat Keputusan No: 389.1/I/SMAK-FS/SKN/1987. Kemudian tepatnya tanggal 26 Mei 1988, pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Nusa Tenggara Timur mengeluarkan izin operasional dengan Surat Keputusan No: 1256/I.C2/I/88.
SMA Katolik St. Fransiskus hadir menggunakan nama pelindung Santo Fransiskus Xaverius. Dia merupakan seorang kudus dalam Gereja Katolik yang menjadi pionir misionaris Kristen dan salah seorang pendiri Serikat Yesus (Ordo Yesuit). Sebagian besar karya pewartaan Injilnya dijalankan di daerah Asia, khususnya daerah Malaka-Sulawesi. Nama St. Fransiskus Saverius digunakan dengan harapan agar semua orang yang berkarya dan belajar di lembaga pendidikan ini mengikuti spiritualitas misionaris pertama di Indonesia ini.
Sekolah ini memiliki moto: “Praedicamus Cristum” (Kami Mewartakan Kristus). Dengan moto ini, lembaga pendidikan SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng selalu menjadi tempat yang baik dan nyaman guna mendidik dan melatih generasi muda untuk menjadi awam yang tangguh dalam membangun gereja dan bangsa atas dasar kasih dan cinta Kristus. Bukan hanya itu, lembaga ini juga bertujuan mendidik anak bangsa, tanpa memandang suku, budaya, agama dan ras. SMA Katolik St. Fransiskus Xaverius Ruteng memiliki visi “Membentuk manusia cerdas, terampil, beriman, berbudaya dan unggul dalam prestasi”. Visi ini didukung dengan beberapa misi utama, yaitu 1). Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang dan memiliki kecerdasan sesuai dengan potensi yang dimiliki; 2). Menumbuhkan keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah; 3). Mendorong dan membantu setiap warga sekolah untuk berkreasi sesuai bakat dan kemampuan yang dimiliki; 4).Mendorong dan membantu setiap warga sekolah mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal; 5).Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak; 6). Menumbuhkan semangat persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan, tenggang rasa dan tolong menolong; 7). Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah;
Kegiatan Belajar Mengajar Tahun Pertama
Kegiatan Belajar Mengajar pada tahun pertama dan kedua (tahun pelajaran 1987/1988 dan 1988/1999) masih menggunakan gedung pinjaman milik Pendidikan Guru Agama Katolik (PGAK) St. Sirilus Ruteng. Berlokasi di Wae Palo Ruteng.
Adapun tenaga kependidikan saat itu adalah Pater Alo Mitan, SVD, penjabat kepala sekolah; wakil kepala sekolah Drs. Damianus Habun. Staf pengajar saat itu adalah Rm. Drs. Fransiskus Xavier Dominggo, Pr; Drs. Gerardus Bibang; Agustinus Sri Widodo, BA; Drs. Christoforus Mahal; dan Drs. Rafael Jekaut. Selain itu, Yohanes Jure menjabat sebagai pegawai/ Tenaga Administrasi Sekolah.
Siswa siswi angkatan pertama berjumlah 29 orang; Laki-laki = 17 orang; Perempuan = 12 orang. Kedua puluh sembilan siswa itu adalah: Anselmus Atjak; Apolinarius Andu Kerau; Alfonsus Kasman; Damianus Jehuru; Darius Mangka; Emirensiana Dimur; Elisabet Serina; Eduardus Talus; Fransiska Surya; Gabriel Nggeal; Gaudensia Y.S. Kama; Helena Dane; Helena Nahut; Katarina Hadinda; Karolus Tatu; Florentina Ndie; Lusia Ujun; Marianus Amput; Mateus Jotong; Mauritius Dorman; Maria E. Sedis; Nasri Gaya; Theodora G. Dambot; Philipus Madi; Pius Tampur; Remigius M. Muksim; Robertus D. Gour; Valentina I. Tampur; Wihelmus Bastian.
April 1989 pihak Keuskupan mulai membangun gedung di kompleks misi Ruteng, gedung ini digunakan untuk ruang kelas dan kantor sekolah. Juli 1989 proses Kegiatan Belajar Mengajar pindah ke Lokasi di Kompleks misi Ruteng. Juli tahun 2000 pihak Keuskupan membuka SMP St. Fransiskus Saverius Ruteng di lokasi SMA dan menggunakan fasilitasnya. Sejak saat itu, Juli 2000 SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng beralamat di Kompleks Misi Ruteng (Belakang Gereja Katedral Lama). Di lokasi baru ini, pihak keuskupan membangun secara bertahap fasilitas sekolah sesuai Standar Nasional Pendidikan.
Para Pemimpin dari Masa ke Masa
Tanggal 17 Juli 2018 SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng bersia 31 tahun. Pemimimpin/Kepala Sekolah dari masa ke masa ada 7 orang, mereka adalah:
1) Pater Alo Mitan SVD (17 Juli 1987 – 11 November 1987);
2) Rm. Fransiskus Xavier Dominggo, Pr (11 November 1987 – 5 Januari 1996);
3) Rm. Yohanes Samur, Pr (5 Januari 1996 – 27 Juli 1999);
4) Rm. Fransiskus Tasar, Pr (27 Juli 1999 – 1 November 2002);
5) Rm. Edigius Menori, Pr (1 November 2002-1 September 2007);
6) Rm. Antonius Riyanto Latu Batara, Pr (1 Sept. 2007 – 10 Nov. 2014 );
7) Rm. Martinus W. Wilian, Pr, S.Fil (10 Nov. 2014 – sekarang)
Siswa Tamatan dari Tahun ke Tahun (1989/1990 s.d 2017/2018)
Siswa yang tamat mulai dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2018 ada 4.377 orang. Rinciannya ada pada tabel di bawah ini.
SISWA TAMATAN DARI TAHUN KE TAHUN
NO | TAHUN PELAJARAN | JENIS KELAMIN | TOTAL | |
L | P | |||
1 | 1989/1990 | 6 | 1 | 7 |
2 | 1990/1991 | 6 | 12 | 18 |
3 | 1991/1992 | 15 | 34 | 49 |
4 | 1992/1993 | 24 | 36 | 60 |
5 | 1993/1994 | 20 | 37 | 57 |
6 | 1994/1995 | 15 | 28 | 43 |
7 | 1995/1996 | 38 | 43 | 81 |
8 | 1996/1997 | 45 | 35 | 80 |
9 | 1997/1998 | 37 | 66 | 103 |
10 | 1998/1999 | 74 | 89 | 163 |
11 | 1999/2000 | 41 | 40 | 81 |
12 | 2000/2001 | 72 | 76 | 148 |
13 | 2002/2002 | 63 | 92 | 155 |
14 | 2002/2003 | 65 | 90 | 155 |
15 | 2003/2004 | 73 | 113 | 186 |
16 | 2004/2005 | 75 | 95 | 170 |
17 | 2005/2006 | 72 | 74 | 146 |
18 | 2006/2007 | 67 | 101 | 168 |
19 | 2007/2008 | 84 | 108 | 192 |
20 | 2008/2009 | 62 | 117 | 179 |
21 | 2009/2010 | 73 | 127 | 200 |
22 | 2010/2011 | 81 | 109 | 190 |
23 | 2011/2012 | 90 | 152 | 242 |
24 | 2012/2013 | 105 | 139 | 244 |
25 | 2013/2014 | 157 | 118 | 275 |
26 | 2014/2015 | 106 | 137 | 243 |
27 | 2015/2016 | 113 | 143 | 256 |
28 | 2016/2017 | 100 | 141 | 241 |
29 | 2017/2018 | 76 | 169 | 245 |
| JUMLAH | 1.855 | 2.522 | 4.377 |
Pengembangan Sekolah
Pelbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa diantaranya adalah upaya bersama yang dilakukan oleh pihak Keuskupan/Yayasan SUKMA, Sekolah dan BP3/Komite adalah pembangunan ruang kelas, kantor, perpustakaan, asrama sekolah dan sarana-prasarana lainnya. Keterlibatan dan kerja sama dengan pihak lain pun tidak dimungkiri, antara lain pemerintah, komunitas biara, lembaga Voluntary Service Overseas (VSO) di Inggris dan Yayasan Van Deventer-Mass Stichting (VDMS) di Belanda.
Pada tahun pertama, pemerintah memberi izin pendirian sekolah. Dalam perjalanan sampai dengan usia 31 tahun, pemerintah tetap membantu dengan menempatkan beberapa tenaga guru negeri dan menambah jumlah sarana prasarana. Komunitas biara Fransiskan Misionaris Maria (FMM) membantu membangun asrama putri, menugaskan anggotanya untuk menjadi guru, pegawai dan pembina di asrama. VSO memberikan bantuan peralatan laboratorium bahasa dan menugaskan anggotanya menjadi guru Bahasa Inggris. VDMS membantu melalui pelatihan guru, pemberian bea siswa kepada anak yang berprestasi, dan pembangunan jaringan internet dan fasilitas laboratorium komputer.
Dalam pengembangan dan upaya peningkatan mutu pendidikan selanjutnya, sekolah terbuka untuk tetap bermitra dengan pihak manapun. Dengan demikian sekolah ini menjadi tempat yang ideal bagi siapa saja yang mau mengenyam pendidikan di tempat ini.